SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA,PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MEMBERIKAN KOMENTAR!!!

Minggu, 12 April 2015

Jenis - Jenis Sepeda Mountain Bike ( MTB )

Mountain bike (MTB) menurut data, lahir tahun 1976. Dia tercipta oleh beberapa kelompok orang California yang awalnya dijuluki clunker atau cruiser di kawasan Marin County. Orang-orang ini sebelumnya ‘gila berat’ dengan sepeda jenis bicycle motor cross (BMX). Mereka jika lomba dengan BMX, gayanya itu khas sekali. Yakni, lompat-lompat di atas balok kayu (log jump), batu dan sebagainya. Tapi kenapa mereka pindah ke MTB dan menciptakan sepeda jenis itu? Menurut mereka, BMX kurang mampu menempuh jarak jauh sambil mendaki atau pun menuruni bukit. Selain itu, frame geometrical-nya (kerangka) amat beda sehingga teknis pengendaliannya juga berbeda. Pada log jump, MTB tak mampu melakukan manuver seperti itu tapi BMX begitu mudah dan tangkas. Berdasarkan cara mengendarai dan jenis medan Setidaknya ada 5 jenis Mountain Bike berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Cross country (XC)
Dirancang untuk lintas alam ringan hingga sedang. Didesain agar efisien dan optimal pada saat mengayuh dan menanjak di jalan aspal hingga jalan tanah pedesaan. Sepeda jenis ini dapat digunakan untk melibas segala jenis trek yang bervariasi seperti tanjakan, turunan, aspal maupun kubangan lumpur. Namun, sepeda ini memang tidak dirancang untuk turunan yang sulit, khusus untuk turunan yang sulit lebih pas kalo kita gunakan sepeda jenis Downhill (DH). Sepeda jenis ini biasanya menggunakan bahan logam yang ringan. Di Indonesia banyak dipertandingkan kelas cross country dan downhill. Karena dilihat dari jumlah peminat dan penggemar sepeda lintas alam yang jauh lebih banyak serta dari segi risiko dan biaya perlengkapan yang jauh lebih rendah.
 

2. Enduro / All mountain (AM)
Dirancang untuk lintas alam berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi medan berbatu, dan menjelajah medan offroad jarak jauh. Biasa dipakai untuk track campuran antara cross country (XC) dan Downhill ringan (Light DH). Keunggulan all mountain ada pada ketahanan dan kenyamanannya untuk dikendarai. Hampir semua sepeda AM bertipe full-suspension. Sepeda ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan jenis XC, perbedaan utamanya adalah pada bobot. Sepeda AM lebih berat dibandingkan dengan XC. Bobot yang lebih berat ini dimaksudkan untuk mengantisipasi medan yang lebih ekstrim dan ukuran rangka biasanya lebih besar dari XC.
   

3. Freeride (FR)
Dirancang untuk mampu bertahan menghadapi drop off (lompatan) tinggi dan kondisi ekstrim sejenisnya. Bodinya kuat namun tidak secepat dan selincah all mountain karena bobotnya yang lebih berat. Kurang cocok untuk dipakai jarak jauh. Julukan freeride ini mengikuti jenis aliran yang ingin mendobrak keteraturan yang hanya melewati jalur atau medan yang dilewati. Bagi penikmat sepeda ini, freeride adalah “No Way End for My Bike“. Berat sepeda jenis ini bisa lebih berat dari jenis AM dan XC.  

4. Downhill (DH)
Dirancang agar dapat melaju cepat, aman dan nyaman dalam menuruni bukit dan gunung. Mampu menikung dengan stabil pada kecepatan tinggi dan selalu dilengkapi suspensi belakang untuk meredam benturan yang sering terjadi. Sepeda DH tidak mengutamakan kenyaman mengayuh karena hanya dipakai untuk turun gunung. Sepeda downhill juga lebih mengacu pada lomba, sehingga selain kekuatan, yang menjadi titik tekan dalam perancangannya adalah bagaimana agar dapat melaju dengan cepat. Untuk menuju ke lokasi, para downhiller tidak mengayuh sepeda mereka namun diangkut dengan mobil. Tidak efisien dipergunakan di dalam kota maupun di jalur cross country. Sepeda jenis ini memang dirancang untuk dapat digunakan pada jalur yang penuh dengan turunan. Sepeda jenis ini juga memiliki berat yang lumayan dan biasanya terbuat dari logam yang cukup tebal dan berat (Berat sepeda sangat berguna untuk meluncur mengikuti gravitasi bumi..). Ciri yang kasat mata lainnya selain bentuknya yang menyerupai motor trail tanpa mesin, adalah jumlah gear depan dan belakang yang biasanya lebih sedikit. Suspensi depan biasanya memiliki travel berkisar antara 150 mm sampai dengan 200 mm, hal ini dimaksudkan agar getaran yang timbul dapat teredam dengan baik. Sedangkan suspensi belakang menggunakan travel berkisar antara 7 sampai 8 inchi. Biasanya, berjenis full supension bike, yang mempunyai peredam kejut di bagian depan dan belakang. Fungsi kedua peredam kejut itu untuk lebih menjaga kemampuan kontrol, kekuatan menahan beban dan traksinya. Itu sebabnya, daya travel peredam kejut ini mencapai 7 inci. Yang tidak boleh terlewatkan adalah soal sistem pengereman. Melihat risiko dan medan yang dijelajahi, sepeda downhill memakai rem cakram. Di bagian crank, yaitu lengan ayun untuk mengayuh sepeda terpasang pada botom bracket dan di ujung satunya lagi terpasang pedal, punya spesifikasi khusus. Sepeda downhill hanya memiliki satu piringan chainwheel (piringan bergerigi yang berada pada chainset/komponen crank). Sepeda ini tidak bisa dipakai di medan menanjak.

5. Dirt Jump ( DJ )Sepeda jenis ini awalnya dirancang untuk anak muda perkotaan, selain sebagai alat transportasi, untuk kebut-kebutan di jalan raya kota, juga digunakan untuk melakukan atraksi lompatan tinggi dan atraksi-atraksi ekstrim lainnya. Fungsi dari sepeda jenis ini sangat mirip dengan BMX, namun dengan bentuk yang diperbesar. Nama lain dari sepeda jenis ini adalah trial atau urban MTB.